Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Utang Budi Dibawa Mati
Utang Budi Dibawa Mati

Utang Budi Dibawa Mati

Message of Monday – Senin, 20 Juni 2022
Utang Budi Dibawa Mati
Oleh: Sonny Wibisono *

“Orang mungkin lupa dengan apa yang Anda katakan, lupa apa yang Anda lakukan, tapi akan selalu terkenang dengan bagaimana Anda memperlakukan mereka.“
-- Bonnie Jean Wasmund

Saat mengunjungi kakak di Rawamangun beberapa hari lalu, saya bertemu dengan tetangga dekat yang rumahnya tepat di depan rumah kakak. Ia berprofesi sebagai Ketua RW. Tentunya saya mengenal dekat, karena saya pernah tinggal di rumah orangtua cukup lama yang kini ditempati oleh kakak. Setiap kali bertemu dengannya, saya teringat satu kisah yang tak pernah saya lupa.

Saat ayahanda wafat di tahun 2017, ia begitu sibuk membantu kami. Apa yang kami lihat, bantuan yang diberikannya memang luar biasa. Tak bisa kami ceritakan apa saja itu. Apa yang membuatnya begitu? Ia bercerita, satu hari saat ayahanda masih ada, ia pernah terkena stroke secara tiba-tiba. Dalam keadaan kritis, ayahanda mencoba membantu. Melalui pengetahuan yang didapatnya, ayahanda membantu melalui tusuk jarum. Kita menyebutnya akupuntur. Syukurlah, sembuh. Jadi tak perlu ke rumah sakit saat itu juga. Ia bilang, tak hanya utang budi saja, tapi ia merasa berutang nyawa.

Dalam hidup, sebagai makhluk sosial, kita pastinya pernah dibantu oleh orang lain. Mulai dari hal yang remeh-temeh sampai hal-hal yang kita rasa penting dalam hidup kita. Saya sendiri pastinya pernah dibantu oleh orang lain. Saya memegang prinsip bahwa saya tak akan pernah melupakan kebaikan yang orang berikan, apalagi bila kebaikan yang diberikan mengubah atau mempengaruhi jalan hidup kita.

Ada satu pertanyaan, bagaimana caranya kita membalas kebaikan orang yang telah membantu kita? Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara membalasnya. Yang utama, menjaga silaturahmi dan komunikasi.

Terlepas dari kekurangan yang dimiliki, siapapun orang lain yang telah membantu kita, sudah sepatutnya kita menghormatinya. Membantunya dengan diminta atau tidak. Tak harus berupa materi. Ingat, karena dari jasa orang tersebut, kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Tanpa mereka, bisa jadi kita bukan siapa-siapa. Bila pun seandainya ada kekurangan, kita sepatutnya menjaga kehormatannya. Bila ada kekurangan, tentu sedapat mungkin kita bantu perbaiki. Jika tak mampu, cukup kita mendoakannya saja.

Nah, itu satu sisi kebaikan terhadap orang yang telah membantu kita. Tapi, sebenarnya ada cara yang paling mujarab kita membalas kebaikan terhadap orang yang membantu kita. Apa itu? Memberikan atau meneruskan kebaikan kepada orang lain. Bahasa kerennya ‘pay it forward’.

Memberi kebaikan ada dua sisi. Memilih kedua sisi merupakan jalan terbaik. Tak pernah lupa atas kebaikan orang yang telah membantu kita. Dan, membantu orang lain lagi karena kita telah dibantu seseorang. Tidak melupakan orang yang membantu kita itu satu kewajiban. Tapi membantu orang lain lebih wajib lagi.

Omong-omong soal kebaikan, kebetulan Netflix memutar kembali film bertema kebaikan yang berjudul ‘Pay It Forward’. Film ini dibuat pada 1999 dan rilis tahun 2000. Dua puluh dua tahun lalu. Kini film ini dapat dinikmati kembali di saluran televisi berbayar, Netflix.

Film ini mengisahkan Trevor, diperankan oleh Haley Joel Osment, seorang anak laki-laki cerdas berusia 11 tahun yang berasal dari keluarga bermasalah. Di sekolah, ia diberikan tugas oleh Mister Simonet, diperankan oleh Kevin Spacey, guru ilmu sosial, seorang pria yang hidupnya dipenuhi keteraturan. Simonet memberikan tugas yang tidak biasa, yaitu memikirkan satu konsep bagaimana caranya mewujudkan dunia menjadi lebih baik.

Trevor mengajukan satu gagasan yang disebutnya ‘pay it forward’, yakni memberikan bantuan kepada tiga orang lain yang berbeda tanpa diminta dan meminta mereka melakukan hal yang sama kepada tiga orang lainnya. Begitu seterusnya. Film ini merupakan adaptasi dari novel. Walau ada beberapa perbedaan antara novel dan film, tapi inti dari isi film itu sendiri tak berubah.

Sebenarnya konsep meneruskan kebaikan yang dilakukan Trevor bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum itu, konsep ini sudah ada. Nah, konsep ini mulai digaungkan kembali setelah pandemi Covid-19 melanda dunia.

Konsep ‘pay it forward’ muncul pertama kali lewat satu drama yang ditulis dan dipentaskan di satu kota kuno di Athena pada 317 SM. Sudah lama sekali. Drama itu bertajuk ‘Dyskolos’, atau bila diterjemahkan berarti ‘Si Penggerutu’. Sejak itu, beberapa tokoh seperti Benjamin Franklin, Ralph Waldo Emerson, dan Woody Hayes mengutip melalui tulisan atau bahan ajar mereka.

Konsep ‘pay it forward’ atau meneruskan kebaikan mungkin terdengar tak biasa di negeri ini. Umumnya kita membantu seseorang bila kita dimintai tolong atau melihat orang terdekat atau sekeliling kita mengalami kesulitan. Jarang kita secara ujug-ujug menolong orang tanpa ada sebab-akibatnya. Kita membantu keluarga, saudara, kolega, teman, atau bahkan temannya teman merupakan hal yang biasa kita saksikan. Atau tetiba secara spontanitas kita membantu orang sepuh menyeberang jalan.

Nah, bantuan pertama apa yang dilakukan Trevor kepada orang lain? Ia memberi bantuan seorang gelandangan untuk tinggal di rumahnya. Gelandangan itu senang bukan kepalang. Syaratnya, ia harus membantu tiga orang lainnya. Dan sebagai balas jasanya, ia membantu beberes rumah dimana Trevor tinggal. Pernah mendengar di negeri ini ujug-ujug seseorang memberikan tumpangan hidup bagi seorang gelandangan?

Kembali lagi soal utang budi. Yang jelas, karateristik orang Indonesia sejatinya tahu mengenai balas budi. Maka tak heran, bila ada peribahasa ‘utang emas dibayar emas, utang budi dibawa sampai mati’. Bukannya ‘utang budi dibalas budi’. Bila pun ada orang yang tak tahu berbalas budi, saya percaya itu hanya segelintir saja.

Ilmuwan memprediksi bahwa umur dunia tak akan berlangsung lama. Benarkah? Entahlah. Nah, selagi kita masih ada, jangan pernah berhenti berbuat kebaikan. Tak hanya kepada orang yang membantu kita. Ingat, utang budi dibawa sampai mati. Itulah kenapa saya menekankan dengan memberi judulnya demikian. Dan juga, tetap berikan pertolongan kepada orang lain, dengan diminta atau tidak, sebatas kemampuan yang bisa kita berikan.

Walaupun seandainya kita tahu besok akan kiamat, tetaplah menanam pohon. Bukan begitu kawan?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by cottonbro: https://www.pexels.com/photo/food-man-people-woman-6591162/

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR