Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Kesepian dalam Keramaian
Kesepian dalam Keramaian

Kesepian dalam Keramaian

Message of Monday – Senin, 11 April 2022
Kesepian dalam Keramaian
Oleh: Sonny Wibisono *

“Manusia takkan pernah bisa menang dari rasa kesepian.“
-- Gaara, karakter dalam Naruto

Anda sudah menonton film ‘Bohemian Rhapsody’? Bohemian Rhapsody merupakan film biografi tahun 2018. Film ini berkisah mengenai grup band rock asal Inggris, Queen dan kehidupan penyanyi Freddie Mercury, yang berujung tampilnya Queen pada konser Live Aid di Stadion Wembley tahun 1985. Aktor Rami Malek yang memerankan sebagai Freddie Mercury tampil sangat apik dan begitu menjiwai. Walau di bioskop sudah tak tayang lagi, film ini masih dapat dinikmati bagi para penggemar Queen di Saluran HBO Go dan Netflix.

Durasi film ini tergolong panjang untuk ukuran satu film yang tayang di bioskop. Dua jam lebih. Tapi bagi para penggemar Queen, waktu 134 menit mungkin terasa pendek. Walau begitu, kritik tetap menghampiri film ini yang dikatakan belum menampilkan Queen dan Freddie secara utuh. Banyak hal yang belum terungkap. Lesley-Ann Jones, penulis biografi Freddie Mercury yang kembali menerbitkan buku edisi revisinya, dalam sebuah konferensi pers menuturkan bahwa Freddie sangat lembut dan baik, tetapi juga bisa mendadak pemberang dan jahat. Kondisi kontradiktif itu yang tak tampak dalam film.

Film ini mendulang sukses dan meraup keuntungan besar. Banyak kisah menarik dalam film ini. Grup band Queen sendiri merupakan kumpulan para talenta berbakat dengan kualitas musikal luar biasa. Terlebih kepiawaian yang ada pada sosok sentral Freddie. Hengkangnya Tim Staffell, vokalis utama grup band Smile yang merupakan cikal bakal Queen dan masuknya Freddie menggantikan Staffell bisa jadi merupakan jalan yang ditakdirkan Tuhan akan munculnya ketenaran Queen.

Tapi ada satu hal yang ingin dikedepankan dalam film ini, bahwa Freddie sesungguhnya merasa kesepian di tengah keramaian. Kesepian, tak berarti dalam konteks kuantitas seberapa banyak teman yang dimiliki. Tapi jiwa yang merasa sepi. Dibalik popularitas, pujian, dan hidup yang penuh glamour, Freddie ternyata dihinggapi kesepian. Lesley-Ann Jones mengatakan Freddie pernah berbicara tentang dirinya yang merasa dipenjara oleh ketenarannya. Kesepian Freddie makin terasa, saat Mary Austin, cinta sejati Freddie Mercury yang awalnya menjadi teman dekatnya, menikah dengan pria lain. Freddie merasa kehilangan wanita paling istimewa dalam hidupnya.

Dalam kesepiannya, Freddie akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya akibat penyakit AIDS yang dideritanya. Banyak musisi dunia yang dalam hidupnya merasa kesepian, bahkan memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Itulah yang dialami oleh Kurt Cobain, Chris Cornell, Chester Bennington, Del Shannon, dan juga musisi lainnya.

Fenomena kesepian yang dialami oleh Freddie nyatanya tak hanya menimpa mereka para musisi atau artis ternama. Tapi juga mereka, dari masyarakat biasa, bahkan yang digolongkan sebagai generasi muda.

Saya teringat buku yang ditulis oleh Jean M. Twenge. Judulnya cukup panjang, “iGen: Why Today's Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy—and Completely Unprepared for Adulthood—and What That Means for the Rest of Us”. By the way, entah mengapa buku-buku karangan Twenge tidak tersedia di sini. Jangankan edisi terjemahannya, untuk edisi aslinya dalam Bahasa Inggris pun alias impor juga tidak tersedia di toko buku. Atau mungkin juga sayanya yang tidak ngeh.

Dalam buku yang terbit tahun 2017 itu, Twenge berpendapat bahwa kesenjangan generasi saat itu, lebih menonjol dari sebelumnya. Generasi sebelumnya, para orang tua, pendidik, dan pengusaha 'dipaksa' atau mau tak mau berusaha untuk memahami generasi yang lebih baru. iGeners, sebutan untuk generasi yang lahir antara 1995 hingga 2012, menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinteraksi secara langsung. Nah, Twenge menyimpulkan bahwa hal ini telah membuat mereka mengalami tingkat kesepian yang lebih tinggi daripada yang terlihat pada generasi sebelumnya.

Penelitian mendapatkan bahwa rasa kesepian dapat membunuh seseorang secara perlahan. Dalam laporan yang diterbitkan Asian Age, penelitian telah menemukan hubungan yang kuat antara kesepian dan risiko terkena sejumlah penyakit. Mulai dari penyakit kardiovaskular hingga stroke, bahkan kematian secara keseluruhan. Pandemi saat ini yang melanda seluruh dunia malah membuat orang-orang semakin depresi dan kesepian.

So? Kesepian pada dasarnya dapat dilawan. Semua tergantung pada diri masing-masing orang. Ada banyak cara dalam melawan kesepian. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki teman dalam jumlah yang terbatas tapi berkualitas jauh lebih baik daripada memiliki teman dalam jumlah yang banyak.

Satu penelitian lain yang diterbitkan oleh American Journal of Preventive Medicine menemukan bahwa pengguna media sosial sebenarnya membuat seseorang merasa lebih kesepian. Media sosial justeru menciptakan kesan seolah Anda menjalin relasi, tetapi sebenarnya justeru sebaliknya. Jadi, kurangi atau bahkan jauhi media sosial dalam hidup Anda. Perbanyak tatap muka dan kontak langsung, karena itu jauh lebih baik dilakukan dibandingkan kontak di media sosial.

Gaara dalam karakter Naruto mengatakan “Manusia takkan pernah bisa menang dari rasa kesepian.“ Bisa jadi ada benarnya. Jadi, jangan pernah biarkan rasa kesepian melanda Anda.

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Arthur Brognoli from Pexels

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR