Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Kabarku Baik-baik Saja, Apa Kabarmu, Sayang?
Kabarku Baikbaik Saja Apa Kabarmu Sayang

Kabarku Baik-baik Saja, Apa Kabarmu, Sayang?

Message of Monday – Senin, 25 Juli 2022
Kabarku Baik-baik Saja, Apa Kabarmu, Sayang?
Oleh: Sonny Wibisono *

“Telah lama kita tidak bertemu, tak pernah ku dengar berita tentangmu. Apa kabar kamu sayang, apa kabar kamu sayang.”
-- Armada dalam ‘Apa Kabar Sayang’

Seorang keluarga dari Bandung berkunjung ke rumah. Jauh-jauh hari sebelumnya, mereka telah mengabari akan datang. Senang mendengarnya ada handai taulan datang berkunjung. Kami pun menyambutnya dengan antusias. Namanya tamu jauh, tentu harus dijamu dengan sebaik mungkin. Bukan semahal mungkin. Sebenarnya kedatangannya ke Jakarta dalam rangka tahun ajaran baru mengurus sekolah anaknya. Tapi, sekalian liburan tentunya.

Setelah beberapa hari berkunjung, mereka pun pamit. Pagi hari sekali mereka berangkat. Alasannya, supaya tidak kena macet. Kami pun mendoakan supaya perjalanan aman, lancar, dan selamat sampai tujuan. Tapi hingga malam keesokan harinya, kami tidak mendapat kabar apapun. Tak ada pesan singkat dan juga telepon. Tentu saja ada rasa was-was. Saya pun berinisiatif menelponnya. Syukurlah, mereka telah sampai dengan selamat di rumah hari itu juga. Saya bertanya, mengapa tidak memberi kabar saat sampai di rumah. Mereka meminta maaf tidak mengabari hal itu.

Tapi, sebegitu pentingkah saling memberi kabar? Ah, saya teringat satu film yang diangkat dari kisah nyata. Film itu berjudul ‘127 Hours’ dan rilis pada tahun 2010. Berkisah mengenai petualangan menakjubkan seorang pendaki gunung bernama Aron Ralston. Sebelum keluar dari pekerjaan, Aron Ralston, diperankan oleh aktor ganteng James Franco, merupakan teknisi di perusahaan terkemuka dunia, Intel. Ralston memutuskan keluar dari pekerjaannya dan bertekad menyalurkan hobi utamanya yaitu mendaki semua gunung yang berada di Colorado’s Fourteeners di Colorado dengan ketinggian mencapai lebih dari 14.000 kaki.

Ralston sering mendaki seorang diri. Jadi ini bukan kali pertama ia mendaki gunung. Pada satu hari, ia melakukan perjalanan ke Blue Jhon Canyon untuk mendaki gunung. Tak seorang pun yang tahu soal kepergiannya ini. Tak hanya teman-temannya, bahkan ibunya pun tak diberitahu. Peralatan lengkap mendaki walau sederhana dibawanya. Tak lupa, ia membawa kamera untuk merekam perjalanannya, yang memang sering ia lakukan selama ini. Ndilalahnya, ia tak membawa ponsel sama sekali.

Saat mendaki di Blue Jhon Canyon, Ralston melalui lorong sempit di mana batu-batu yang dilewatinya diapit oleh dinding-dinding batu. Saat akan turun, satu batu yang diinjak Ralston terlepas. Ralston pun jatuh ke dasar ceruk dimana batu tersebut menghimpit tangannya pada dinding batu. Sakit tak tertahankan dirasakan olehnya. Menurut pengakuan Ralston, rasa sakit saat terjatuh sungguh luar biasa. Seratus kali lipat dari sakitnya jari tangan saat terjepit pintu, ujarnya.

Saat terjebak, dan tak ada yang menolongnya, Ralston justru membuat video rekaman saat dirinya terjepit. Tak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Dalam kesendirian, Ralston hampir putus asa. Bayangan kematian berada didepannya. Ia pun mulai berhalusinasi. Akhirnya setelah terjebak selama 127 jam, Ralston mengambil keputusan gila dalam hidupnya. Ia mengamputasi tangannya sendiri untuk tetap dapat bertahan hidup.

Mari kita berandai-andai. Seandainya Ralston memberi kabar kemana ia akan pergi dan untuk apa, ceritanya tentu menjadi lain. Dan tak akan dibuat film ‘127 Hours’. Menjadi lain lagi bila Ralston tidak mengamputasi tangannya. Bisa jadi ia tak akan pernah ditemukan orang lain sampai akhir hayatnya. Pada akhirnya, walau mengalami pendarahan hebat, Ralston dapat diselamatkan. Setelah peristiwa luar biasa yang menimpa dirinya tersebut, ia menjadi lebih dekat dengan keluarganya.

Bila Anda tidak memberi kabar kepada keluarga terdekat, handai taulan, ataupun teman Anda, dari mana mereka tahu bahwa Anda baik-baik saja? Begitu pula sebaliknya. Dari mana Anda tahu bila keluarga terdekat, handai taulan, ataupun teman Anda baik-baik saja bila mereka tidak memberi kabar kepada Anda. Dari mana saya tahu keluarga dari Bandung telah tiba degan selamat sampai rumah.

Lagi pula, dengan Anda memberi kabar kepada seseorang, siapapun itu, menunjukkan bahwa orang yang Anda hubungi itu menjadi skala prioritas. Sederhananya, orang itu merasa lebih dihargai. Tak hanya itu, dengan memberi kabar, atau saling berkabar, membuat orang lain tidak merasa was-was dan lebih nyaman. Nah, Anda bisa bayangkan, bagaimana stresnya ibunda Ralston saat anaknya tidak ada kabar beritanya. Masih hidupkah ia, atau bahkan imajinasi liar lainnya menghantui dirinya.

Dalam hal ini, prioritas untuk saling memberi kabar ialah kepada keluarga terdekat dahulu. Bila Anda masih memiliki orang tua yang masih sehat wal-afiat, sebaiknya, atau bahkan seharusnya, Anda yang memberi kabar terlebih dahulu. Minimal menelpon. Dan tentu saja berkunjung lebih afdol bila Anda tidak serumah dengannya. Soal frekuensi, Anda sendiri yang lebih tahu mengenai karakter orang tua dan keluarga Anda. Karena, ada orang yang merasa terganggu bila ditanya ini-itu atau sering dihubungi tiap saat.

Bila Anda dapat mengetik pesan selama beberapa menit untuk hal remeh temeh ke grup atau teman Anda, mustinya tak menjadi masalah ketika Anda mengetik pesan satu menit saja memberi kabar kepada orang tua, keluarga, bahkan kolega Anda. Sebaiknya pro aktif. Dari sana nantinya, selain Anda tahu kabar mereka, pun demikian halnya mereka mengetahui kabar Anda.

Eh, tapi omong-omong, Anda sudah mengontak orang yang Anda kasihi dengan menanyakan kabar kepadanya? Apa kabarmu, sayang?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Anton: https://www.pexels.com/photo/a-person-holding-a-cellphone-with-logo-on-the-screen-4132538/

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR