Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Habis Macet, Terbitlah Kesadaran
Habis Macet Terbitlah Kesadaran

Habis Macet, Terbitlah Kesadaran

Message of Monday – Senin, 10 Oktober 2022
Habis Macet, Terbitlah Kesadaran
Oleh: Sonny Wibisono *

“Dari jauh telah tampak bis kota, menderu di sepanjang jalan raya. Di setiap perhentian ramai orang menanti, menunggu bis untuk pulang dan pergi.”
-- Tasya dalam ‘Bis Kota’

Hujan yang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta sejak sore hari pada Kamis, 6 Oktober lalu, ternyata memberi dampak yang luar biasa. Banjir merendam sejumlah ruas jalan di wilayah Jakarta. Genangan terjadi di banyak tempat. Imbasnya, kemacetan parah terjadi di sejumlah titik.

Banjir di wilayah Jakarta sejatinya merupakan masalah sejak lama. Curah hujan yang tinggi, dataran yang hampir setengahnya lebih rendah dari lautan, serta berjejalnya 13 sungai yang mengelilingi kota Jakarta, membuat kota ini sulit menghindar dari serbuan bah.

Tapi dibalik peristiwa yang merepotkan warga Jakarta dan sekitarnya tersebut, ternyata ada hikmah yang bisa dipetik. Beberapa kawan kini memilih transportasi umum dari dan menuju tempat kerjanya dari rumah. Sebelum ini, beberapa dari mereka menggunakan ojek online. Ada juga dengan kendaraan pribadi.

Oktarina, kini ia menuju tempat kerjanya di daerah Cipete dengan menggunakan angkutan umum. Setelah beberapa kali mencoba moda transportasi, akhirnya ia menemukan rute yang menurutnya nyaman dan hemat waktu.

Pagi hari, ia berangkat dari rumahnya di daerah Matraman menuju Stasiun Cikini. Dari rumahnya tersebut, ia naik ojek online dengan tarif 16 ribu rupiah. Ia bisa saja naik bus Transjakarta dan turun di Megaria, lalu lanjut jalan kaki menuju Stasiun Cikini. Dengan bus Transjakarta, tarifnya 3,5 ribu rupiah. Bahkan bisa lebih murah lagi bila berangkat lebih pagi antara jam 5 hingga jam 7 dengan tarif 2 ribu rupiah. Dari Stasiun Cikini, ia naik KRL atau Commuter tujuan Depok dan turun di Stasiun Pasar Minggu. Tarifnya 3 ribu rupiah. Rute ini berkebalikan dari para pekerja yang datang dari arah luar Jakarta. Jadi, keretanya sepi. Dari Stasiun Pasar Minggu, ia naik angkutan kota berwarna merah dengan tarif 6 ribu rupiah.

Jadi total pulang pergi, ia menghabiskan maksimal 50 ribu rupiah. Tentu bisa dihemat lagi, bila ia naik bus Transjakarta dari rumahnya menuju Stasiun Cikini atau sebaliknya.

Sebelumnya, Oktarina biasa menuju kantor menggunakan ojek motor online. Pulang dan pergi sekitar 100 ribu lebih. Kadang 48 ribu sekali jalan. Lain waktu 52 ribu. Tergantung jamnya. Dengan ojek mobil online pastinya lebih mahal lagi. Saat banjir kemarin, tak ada satu pun ojek yang mau menerima orderannya. Alasannya sama, karena banjir dan macet. Akhirnya dengan terpaksa ia menginap satu hari di kantor.

Seorang kawan lainnya, jauh sebelum heboh banjir dan macet kemarin, sudah menggunakan transportasi umum sejak lama. Kantornya berada di Gedung Sekretariat ASEAN, Jalan Sisingamaraja, Kebayoran Baru. Untuk sampai menuju rumahnya, terlebih dahulu ia naik MRT. Kebetulan stasiunnya tak jauh dari kantornya, Stasiun MRT ASEAN. Hanya tinggal berjalan kaki saja. Dengan moda transportasi MRT, ia turun di Stasiun MRT Dukuh Atas. Dari sini, ia berjalan kaki sebentar menuju Stasiun Sudirman untuk naik KRL atau Commuter dengan tujuan Stasiun Jatinegara. Setelah tiba di Stasiun Jatinegara, ia bisa naik ojek online atau bus minitrans. Bus minitrans merupakan bus pengganti metro mini.

Jadi saat heboh banjir kemarin, pada pukul 18.00 ia sudah sampai di rumahnya di daerah Duren Sawit. Bahkan ia baru tahu berita kehebohan macetnya jalanan Jakarta pada keesokan harinya.

Teman saya kini justeru bersyukur. Oktarina malah senang dengan aktivitasnya sehari-harinya kini. Selain bisa berhemat, juga membantu program Pemerintah dalam menggalakkan penggunaan transportasi umum dalam setiap aktivitas. Memang, banyak manfaat jika menggunakan angkutan massal, antara lain; dapat mengurangi tingkat kemacetan, mengurangi polusi udara, serta mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan yang sering dialami oleh pengguna kendaraan pribadi.

Transportasi umum, khususnya di Jakarta, kini memang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lampau. Penumpang pun kian dimanjakan dengan segala kemudahan menggunakan moda transportasi.

Bahkan kini, Pemprov DKI melalui aplikasi JakLingko, menetapkan besaran maksimal tarif integrasi transportasi MRT-LRT-TransJakarta sebesar Rp 10 ribu. Tarif Integrasi ini berlaku apabila menggunakan lebih dari 1 jenis angkutan umum massal, kombinasi antara MRT Jakarta-LRT Jakarta, atau LRT Jakarta-Transjakarta, maupun kombinasi antar ketiganya.

Memang, kadang kala kesadaran datang setelah satu peristiwa besar terjadi. Kasarnya, kesadaran muncul setelah ditampar oleh kenyataan. Tak mengapa. Seperti sesepuh bilang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Segala kebaikan apapun, walau datang terlambat, tetap harus didukung dan diapresiasi. Kita berharap, kesadaran menggunakan angkutan massal ini nantinya juga diikuti oleh masyarakat lainnya. Semoga.

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Aayush Srivastava: https://www.pexels.com/photo/selective-focus-photography-of-cars-1445653/

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR