Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Dari Jakarta ke Surabaya dengan Kereta Api
Dari Jakarta ke Surabaya dengan Kereta Api

Dari Jakarta ke Surabaya dengan Kereta Api

Message of Monday – Senin, 5 September 2022
Dari Jakarta ke Surabaya dengan Kereta Api
Oleh: Sonny Wibisono *

"Kereta mungkin jatuh cinta pada stasiun, tetapi harus pergi dan pergi! Jangan seperti kereta, tetaplah di stasiun tempat kamu jatuh cinta, jangan pergi ke mana-mana!"
-- Mehmet Murat ildan, novelis asal Turki

Aldi, sang keponakan, baru saja diwisuda di Universitas Negeri Malang awal September ini. Ia lulus dengan predikat cumlaude. Satu hal yang sungguh membanggakan. Sebagai paman, saya berkesempatan menghadiri prosesi wisudanya mewakili ayahnya. Kakak saya seorang single parent. Suaminya, alias ayah dari Aldi, telah lama wafat saat Aldi masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2. Secara tidak langsung, saya yang bertanggungjawab terhadapnya selama ini.

Jauh-jauh hari saya telah merencanakan pergi ke Malang. Sebenarnya, ada banyak pilihan moda transportasi ke Malang. Baik via darat maupun udara. Dengan jalan darat, ada pilihan naik kereta api dan bis. Walau memiliki Bandara yang tidak besar, tapi ada penerbangan yang langsung menuju Malang. Atau bisa juga penerbangan menuju Surabaya dulu, lantas lanjut jalan darat ke Malang via kereta atau kendaraan.

Saya sendiri memilih naik kereta. Mengapa? Selain kecintaan saya terhadap kereta, sudah lama pula saya tak naik kereta. Maklum, pandemi mengubah segalanya. Jadwal kereta menuju Malang sangat terbatas. Waktunya juga tidak pas dengan kebutuhan saya. Akhirnya saya memutuskan naik KA Argo Bromo Anggrek, tujuan akhir Surabaya. Berangkat pagi hari. Tiba di Surabaya pada sore hari. Dan langsung dijemput kakak saya yang sudah menunggu di Stasiun Pasar Turi, Surabaya dengan mencharter mobil, lalu lanjut menuju Malang.

Naik kereta saat ini sungguh menyenangkan. Jauh beda di tahun 1980-an, saat saya masih bersekolah bahkan hingga kuliah di awal 90-an. Saya teringat saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Hampir saban tahun, kami, bersama ayah-ibu dan kakak, pulang kampung menuju Solo, tempat dimana ibu dilahirkan dan dibesarkan. Setelah beberapa hari di Solo, lantas lanjut menuju Jombang tempat ayah dibesarkan di sana. Kami lebih sering naik kereta api. Maklum, saat itu kereta api merupakan transportasi murah dan merakyat. Bis terbatas dan belum sebanyak sekarang.

Nah, waktu itu hampir semua perjalanan kereta dipusatkan di Stasiun Gambir. Kereta yang menjadi langganan kami ialah Senja Utama Solo. Untuk mendapatkan tiket, para calon penumpang harus antre di Stasiun Gambir. Loket baru dibuka siang hari, karena sorenya kereta berangkat. Tapi yang antre di loket sejak dari pagi hari. Bahkan lucunya, ada yang sampai menginap di stasiun sambil membawa tikar, demi mendapatkan tiket kereta.

Ya, pengalaman-pengalaman di masa kecil itu sungguh tak terlupakan. Lain waktu, saat saya kebelet pipis di dalam kereta, saya menuju ke toilet. Ternyata di toilet sudah ditempati satu keluarga yang rela berada di kamar kecil itu karena tak dapat tempat duduk bahkan untuk berdiri sekalipun! Duh, jangan tanya soal kenyamanan setengah hari berada di dalam toilet.

Kisah lainnya ialah saat saya naik kereta bersama seorang kawan SMA, tapi tak dapat tempat duduk alias berdiri. Bayangkan, setidaknya sampai Yogya kami berdiri. Setelah lepas Yogya baru dapat tempat duduk. Sebagai generasi 80-an yang lahir di tahun 70-an, banyak hal yang kami lalui, baik suka dan duka dalam hal naik kereta api.

Tapi semenjak PT KAI dinakhodai Jonan Ignasius, Dirut PT KAI yang menjabat sejak 2009 hingga 2014, perkeretaapian Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Pembenahan dilakukan di sana-sini. Berbagai perubahan terlihat sangat mencolok dan kasat mata.

Perubahan apa saja itu? Misalnya, jadwal kereta yang selalu on time. Memang ada yang telat, tapi secara umum perjalanan kereta tepat waktu. Waktu tempuh naik KA Argo Bromo Anggrek dari Jakarta menuju Surabaya ialah 8 jam 10 menit. Kereta yang saya tumpangi tiba tepat waktu di Stasiun Pasar Turi. Oh ya, saya juga tak lupa mencicipi kuliner kereta. Bahkan ada menu nasi goreng yang dimasak langsung on the spot oleh seorang chef di gerbong restorasi.

Walau pun kita naik kereta bukan di stasiun awal keberangkatan, tapi kita tak perlu lagi kawatir tempat duduk kita ditempati oleh orang lain. Lalu, tak ada lagi pedagang asongan di stasiun, apalagi di dalam kereta. Bayangkan, dulu setiap kali kereta berhenti di stasiun, para pedagang asongan menyerbu masuk ke dalam kereta untuk menjajakan dagangannya. Betapa crowdednya kereta yang sudah penuh sesak, lalu masuk pedagang asongan sambil berteriak menawarkan dagangannya. Dan tak ada lagi para penumpang komuter yang naik di atap kereta. Suatu pemandangan yang lazim kala itu.

Dalam sisi manajemen, terjadi perubahan yang sangat signifikan, terutama sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang dimiliki dan dikelola PT KAI, memberikan pelayanan yang prima. Jelas patut diapresiasi. Petugas loket, petugas pintu masuk, customer services, para masinis dan kondektur, petugas restorasi, petugas keamanan stasiun, polsuska alias polisi khusus kereta api, prami dan prama, petugas cleaning on trip, bahkan porter sekalipun, seluruhnya berperilaku dengan baik dan profesional. Tersenyum ramah, lalu bahasa tubuh mereka memberi hormat dan siap sedia membantu para penumpang kereta. Membuat penumpang merasa aman dan nyaman.

Tak hanya itu, prasarana dan sarana kereta api juga berubah drastis. Seperti, pembangunan jalur ganda kereta api, peningkatan kualitas material jalan rel, sistem persinyalan yang diperbarui, rekayasa geometri lengkung, serta perbaikan kualitas perawatan jalan rel dan jembatan.

Begitu pula, gerbong kereta yang terawat dengan baik. Semua berpendingin udara. Toilet, bahkan di kelas ekonomi pun terlihat bersih. Dan tentunya, pembangunan, peremajaan, dan renovasi stasiun menjadi lebih megah, modern, dan tertata rapi. Kesemua perubahan itu, tak hanya membuat perjalanan kereta api menjadi tepat waktu, tapi juga dapat memangkas waktu lebih cepat.

Ini menunjukkan bahwa sistem perkeretaapian kita telah berjalan ke arah yang lebih baik. Bahkan lebih maju dibandingkan beberapa negara di Asia. Sistem perkeretaapian ini juga menunjukkan satu hal, bahwa segala sesuatu di negeri ini dapat dikelola dengan baik. Serumit apapun. Lihat saja, begitu njelimetnya pengaturan perjalanan kereta api di republik ini yang melibatkan manusia, struktur, dan budaya, tapi toh berhasil dijalankan dengan baik.

Saya pun meyakini, negeri ini dengan segala kemajemukannya, dapat dikelola menuju Indonesia yang gilang-gemilang. Maju terus kereta api Indonesia!

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR